Betapa Magisnya Album Baru Hindia: Menari Dengan Bayangan

Rafik NurF
4 min readDec 9, 2019

--

Artis : Hindia

Tanggal rilis : 29 November 2019

Genre : Alternatif/indie

Label : Sun Eater

Setelah berhasil membawakan album (.feast) –seperti lagu-lagu yang banyak dikenal di kalangan muda-mudi: peradaban, berita kehilangan, dll– dari panggung ke panggung, juga setelah menggarap beberapa proyek lagu di tahun 2019. Nampaknya, Baskara sang vokalis, masih ingin terus berkarya dengan kemampuannya dalam membuat lagu-lagu pada proyek solo miliknya: Hindia. Dia berambisi memaksimalkan waktu dari awal tahun sampai penghujung tahun ini untuk terus meracik lirik magis untuk lagu-lagunya.

Tidak mengherankan jika ada di salah satu lirik pada album barunya ini: “Ambisius, walaupun capek juga enggak pernah istirahat, kayaknya“. Begitulah lirik pada interlude ‘wejangan caca’ yang menggambarkan sosok kehidupan Baskara. Keambisiusannya juga terlihat di tahun ini yang menjadi jadwal padat bagi .feast untuk terus berinteraksi dengan para penggemarnya dari panggung ke panggung. Hal itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap terus menggarap album baru untuk Hindia. Album baru yang sudah sejak bulan Mei lalu sedikit ia bocorkan pada saat wawancara.

Kawan-kawan dari .feast juga sangat begitu mensupport sang vokalis: Baskara dalam proses pembuatan album baru tersebut. Juga keluarga dan teman-temannya yang sangat mendukung, hingga ia berhasil membuat semacam magis dari tiap lirik, pada lagu-lagu dalam album barunya. Album baru Hindia yang rilis pada tanggal 29 November 2019 ini muncul dengan nama: Menari dengan bayangan.

Baskara yang mempunyai nama lengkap Daniel Baskara Putra ini memang begitu pandai dalam meramu kata-kata, semacam bisa semagis itu dari tiap lirik lagu yang ia buat. Mungkin karena ia adalah founding father dari salah satu layanan informasi yaitu BagiKata — yang membuat Baskara peduli membagikan kegelisahannya dengan kata-kata. Dari situ barangkali baskara memiliki segenap kemampuan menulis dan mampu dalam menginterpretasikan kehidupan dirinya dalam bentuk lagu-lagu yang ada di Hindia. Mungkin juga karena efek Mantra-mantra album karya Kunto Aji: penyanyi lagu pilu membiru, ia bisa melahirkan 15 track, yakni 12 lagu dan tiga interlude dalam album barunya Menari dengan bayangan — yang sebelumnya pernah disinggung, Baskara mengatakan, “Mungkin kalau nggak ada Mantra-mantra Kunto Aji, nggak bakal ada Menari dengan bayangan,”.

Percaya untuk mencapai tuju: Besok Mungkin Kita Sampai

Lagu ini termasuk lagu baru yang dirilis Hindia bersamaan dengan peluncuran album barunya. Berbeda dengan tiga lagu singel yang pernah dikeluarkan Hindia, yaitu; Evaluasi, Secukupnya, dan Jam Makan Siang. Baskara pernah bercerita bahwa dia sering menulis di buku-bukunya sewaktu muda dulu, yang kemudian dirangkai menjadi catatan-catatan yang pernah ia tulis. Dengan itu, ia tuangkan sedikit ceritanya itu di lagu ini.

Luka silet di pipi / Mengikuti sepakbola / Enggan masuk SMA / Menunggu pembebasan / Kawan-kawan pergi S2 / Namun tujuanku belum tiba

Tak ada yang tahu

Kapan kau mencapai tuju

Dan percayalah bukan urusanmu untuk menjawab itu

Bersender pada waktu

Hidup bukan saling mendahului

Bermimpilah sendiri-sendiri

(Besok mungkin kita sampai / Besok mungkin tercapai / Besok mungkin kita sampai)

Barangkali lagu ini menjadi semacam lirik yang begitu magis bagi para pendengarnya yang mulai merasa kurang percaya dengan tujuannya sendiri dalam hidup — kapan ia bisa mencapai tujuannya, mungkin merasa tertinggal dengan kawan-kawannya yang sudah lebih dulu mencapai tujuan dalam hidup. Besok mungkin kita sampai, dari keseluruhan liriknya memiliki penggambaran singkat: bahwa hidup memiliki waktunya sendiri, kita semua berpasrah dan bukan urusan kita, kapan tujuan itu bisa tercapai serta tetap percaya untuk mencapai tuju.

Tak perlu takut untuk bersedih: Secukupnya

Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? (Renggang)

Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari

Kita semua gagal

Ambil sedikit tisu

Bersedihlah secukupnya

Secukupnya ‘kan masih ada

Penggantinya belum waktunya kau bisa

Menjawabnya secukupnya

Mulai dari awal lirik lagu secukupnya: tentang pertanyaan sederhana kapan terakhir tertidur tenang, tak memikirkan yang akan datang, seakan begitu menohok kepada kita yang terlalu bekerja keras sampai lupa akan kesehatan diri. Baskara di sini seakan-akan mengingtkan kembali. Juga tentang kegagalan-kegagalan kita, tak perlu takut untuk bersedih, asal bersedih secukupnya.

Tentang pengembaraan bersama perempuan-perempuan: Rumah ke rumah

Menyesal, tak kusampaikan / Cinta monyetku ke Kanya dan Rebecca

Tak belajar, terkena getahnya / Saat bersama Thanya dan Saphira

Jika dahulu ku tak cepat berubah / Ini maafku untukmu, Sharfina

Pindah berkala, rumah ke rumah

Berharap bisa berujung indah

Walau akhirnya harus berpisah

Terima kasih karena ku tak mudah

Dari beberapa lirik lagu yang ditulisnya, rumah ke rumah mungkin menjadi yang paling unik di dalam album ini. Terlihat dari lirik-lirik yang dibangun atas narasi. Baskara seolah menceritakan tentang pengembaraannya dengan perempuan-perempuan yang hebat dari mulai cinta monyet, cinta kepada kekasihnya, sampai cinta kepada ibundanya sendiri. Ia gambarkan rumah itu sebagai perempuan, pindah berkala berharap bisa berujung indah walau akhirnya harus berpisah. Hingga letih mengembara, sampai kadang lupa akan ibundanya.

Hari belum selesai & ini belum separuhnya: Evaluasi

Yang tak bisa terobati / Biarlah Mengering sendiri / Hanya kau sendiri / Melewati yang telah kau lewati / Rintangan yang kau hadapi

Masalah yang mengeruh

Oh, perasaan yang rapuh

Ini belum separuhnya

Biasa saja

Kamu tak apa

Bilas muka, gosok gigi, evaluasi

Tidur sejenak menemui esok pagi

Walau pedih ku bersamamu kali ini

Ku masih ingin melihatmu esok hari

Baskara seolah menjadi sosok musisi yang cerdik dengan menempatkan lagu evakuasi sebagai awal dan evaluasi sebagai akhir, pada albumnya. Lagu ini menceritakan hal magis tentang perjalanan hidup –akan hari-hari yang belum selesai & ini belum separuhnya. Ia kemudian menjawab: Biasa saja / kamu tak apa. Seolah memberi dorongan bagi para pendengarnya meski perasaan atau masalah yang rapuh ini belum separuhnya kamu tetap bisa untuk menjalani hidup. Namun tak lupa, setelah itu kita mengevaluasi, beri sedikit jeda karena ada orang yang masih ingin melihatmu hingga esok hari.

https://www.youtube.com/watch?v=9t00D7BGTps&list=OLAK5uy_n2fXZR__6Tu1P_kEWPjAtv_TMTFgJ-wLY

--

--

Rafik NurF
Rafik NurF

Written by Rafik NurF

sedang menemui dan menemukan kejutan-kejutan dari Tuhan.

No responses yet