Tiga puisi gagal— bukan tentang cinta
Empat puisi ini adalah salah satu dari 9 puisi yang gagal dimuat setelah saya submit ke media. Hore! Sila, mengejek atau membatin apapun tentang buram nya puisi ini. Nihil makna & bentuk, saya akui. Dan itu yaah, fucking true. *sedangNgambek
Teralienasi
— untuk desa-desa kecil tercinta.
Tiada yang menjadi ramai, seperti dulu
kota ini masih
berdindingkan alam. Dan terasing
adalah nyanyi burung-burung
di sudut terpencil
desa-desa tak bernama.
— Purbalingga, 2020
-
-
Pada sekitar hari-hari gelap
Badai angin mencari kemelut malam
Kau coba mencari sebuah cahaya
Dan yang kau temu hanya lampu
Hanya lampu merkuri.
-
Jalanan malam adalah hakim
Menghukum di antara lajur paling gelap
Dan dipertemukan untuk meninggalkan
keangkuhan-keangkuhan.
— Purbalingga, 2020
-
-
Gadis-gadis Itu Memandangi Kaca Jendela
— untuk gadis-gadis yang tak lelah membaca.
1.
sesekali, ruang baca seolah
hamparan luas tanda tanya
dan dirimu layaknya rumput kering
penuh debu dan merindukan embun.
-
pengetahuan seperti tetes kerinduan itu,
udara dalam tetesnya adalah
buku-buku yang tersemat di daun jendela.
-
2.
Kaca jendela seperti lubang
yang dibuat tupai atau tangan semesta.
Di dalamnya gadis-gadis membaca, dan
daun-daun melingkarinya lewat doa.
-
3.
Dedaunan pergi bersama angin
— ia menyapu debu pada gadis-gadis itu
ranting-ranting basah, lantas mengguyur
hamparan yang luas kering
di bawah pohon tua.
-
4.
Lantas segera engkau melihat
rerimbunan yang riuh
hamparan basah
dan gadis-gadis lelah.
— Surakarta, 2020