hari ke-11: enggan
(tulisan ini dibuat untuk tantangan 30DaysWritingChallenge, tahapan DAY 11: Talk about your siblings)
Entah, semasa hidup ini hal yang paling tidak aku ketahui justru hal-hal yang paling dekat denganku sendiri. Maksudku, begini: kau serumah, kau saudara, tapi kau tak pernah tahu dan tak ingin tahu pula bagaimana dirinya. Begitu pula sebaliknya, kau enggan dan bahkan tak mau — mungkin juga tak mampu — menceritakan bagaimana dirimu dengan mereka.
Kami bertiga. Saudara kandung. Lelaki semua. Aku di tengah-tengah mereka. Anak tengah, kau tahukan, seperti dihimpit oleh dua kemungkinan — sebenarnya juga lebih, sih. Mungkin begini:
Pertama, ketika kakakmu sukses, maka dengan otomatis orangtuamu menyuruhmu mengikuti jejaknya, bahkan paling tidak dingingkan adalah seakan musti patuh dengannya. Pendek kata, orangtuamu lebih percaya anak pertamanya yang telah lebih dulu sukses. Masalah keinginan dan tujuan hidup yang berbeda tentu itu urusan belakangan. Kau sulit menolak kalau kau tidak setuju. Dan seringkali mungkin hanya diam.
Kedua, ketika kau dewasa, kau harus memikirkan bagaimana nasib adikmu, dan seperti dipikirkan sebelumnya kau tak perlu menyuruhnya mengikuti jejakmu. Hanya berusaha dekatlah dengannya dan ketahui apa potensinya. Dukung potensi-potensi itu sebisa mungkin. Intinya: kau jadi support system baginya. Tentu kau harus bekerja lebih keras untuk adikmu itu — juga orangtua, dan keluargamu yang lainnya.
Kalaupun aku bertemu sering dengan mereka, mungkin aku lebih memilih diam. Kalau bicara ya, ketika itu benar penting dan basa-basi seperlunya. Saat sedang terjadi konflik pun misalnya dengan kakkaku ini, biasanya aku yang kena marah karena kesalahanku sendiri dan aku memilih diam. Dan dia pun, begitu setelah reda. Ia tak pernah berlama-lama ketika marah. Tapi sekalinya marah bisa se-temperamen perempuan ketika PMS, hahaha. Persis dengan bapak kami.
Baiklah, kalau memang perlu sekali menuliskan mereka lebih jauh. Begini kurang lebihnya:
- Kami bertiga lelaki, dengan selisih umur tujuh tahun bergiliran.
- Di antara mereka mungkin aku yang terkesan agak hitam, hahaha.
- Kakakku bergolongan darah A, sementara adikku dan aku bergolongan darah O (kalau tidak salah).
- Kami sering memiliki selera musik yang sama, sih.
- Aku dan adikku sama-sama suka anime (meski sebenarnya aku tidak terlalu, sih).
- Kakakku lebih dekat dengan adikku.
- Aku lebih respek dan deket ke adikku, sekalipun kadang ia, haish tak menyopankan betul ke kakaknya ini.
- Kami sama-sama mencintai ibuk tentunya.
- dan lain hal lagi, yang tak mungkin dan tak sempat kusebutkan karena memang lupa.
Tapi tentu saja, doa-doa baik buat mereka. Seperti saat kugendong adikku sewaktu kecil. Seperti saat aku diboncengkan kakakku sewaktu kecil dahulu pula. Meski sampai sekarang aku menegaskan, aku tak ingin dan enggan bicara banyak, bercerita atau apa pun tentang mereka.
Barangkali sifat engganku ini, tentu aku berpikir begitu, membuka ruang-ruang kemungkinan yang lain di antara kami nanti. Ketika dewawsa, ketika tua, hingga menanggalkan jasad kami masing-masing di dunia. Dan seketika, kami lancar bercerita tentang kenangan kami sewaktu hidup pada anak-cucu kita, semenjak saat itu.