hari ke-25: jemaah
(tulisan ini dibuat untuk tantangan 30DaysWritingChallenge, tahapan DAY 25: Something inspired of the 11th image on your phone)
Jadwal Rabu malam di majelis GBA (Gedung Bustanul ‘Asyiqin), ps Kliwon, Semanggi, Surakarta dituntaskan kami hari itu. Sebenarnya kami tidak selalu rutin ke sini, setiap diadakanya gelaran Bersholawat dengan Habib Syech — ataupun ulama serta Habaib lainnya. Hari itu, bertanggal 19 Februari 2020, kami urun jadi jemaah meski di pelataran.
Kami: saya dan kawan satu kost saya di Solo, memang selalu bersama jikalau berkesempatan hadir. Ya kalaupun juga di antara kami ada kesibukkan masing-masing (karena kami beda jurusan meski satu angkatan), biasanya tetap hadir sendiri di acara. Teringat dua kali lebih saya sendiri & karena tak cukup gasik berangkat, duduk beralaskan karpet di pelataran gedung juga selalu dilakukan.
Ingatan kerap terbawa kala acara telah mencapai puncaknya, yaitu saat Mahallul Qiyam. Kami semua berdiri. Doa-doa disanjungkan. Kedua tangan berserah. Mata tertuju pada gambaran kami akan rasa syukur telah berjalan nuju ke kekasih tercinta: Kanjeng Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Harapan pun tercurahkan: syafaat beliau kelak di hari akhir.
Tentang ingatan itu, kerap juga terbayang bahwa masa-masa bahagia seperti ini rutin terjadi ketika malam Jum’at waktu di pondok — meski cuman satu tahun. Dan untunglah Tuhan membawaku ke kota ini, dengan teman satu kost yang punya kepercayaan & rutinan serupa.
Benar memang seperti yang diungkapkan buya Hamka suatu kali: “Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.”
Sebenarnya di tantangan tulisan kali ini terniat membuat sebuah puisi atau cerpen berapa ratus kata, menggambarkan tentang dan yang ada/dirasakan pada gambar. Tapi akhirnya urung selesai juga, bahkan belum sempat memulai (baru tercetus ide). Tentu saja inisebab waktu-waktu-waktu dan himpitan tugas lain.
Dan niat tersalurkan lebih deras buat bercerita tentang yang ada pada gambar serta kepingan memori subtil terhadap kegiatan seperti ini. Walhasil, bercerita hal-hal yang menurut saya privat ini, barangkali jadi sebuah inspirasi bagi saya sendiri (mungkin juga pembaca) untuk terus merawat tradisi & mengenang apa yang memang perlu.
Malam ini, damai dengan kopi yang dihabiskan; swara hujan yang awet; dingin suhu yang tercover hangat sarung & selimut; isi kepala yang cukup enteng; lagu-lagu baik di playlist; dan doa-doa baik semoga menjadi jemaah majelis GBA yang diberkahi.