hari ke-27: woh
(tulisan ini dibuat untuk tantangan 30DaysWritingChallenge, tahapan DAY 27: Someone who inspires me)
Waktu-waktu tetap saja tak akan mampu berputar kembali. Ia terus bergulir ke depan & terkadang kita terseok untuk terus mengikutinya. Banyak orang berkata bahwa, yang kini adalah kini; esok masih misteri; yang lalu biarlah. Kita tetap menghidupkan yang sekarang.
Dan penegasan itu ialah benar. Meskipun kita kerap juga terseret pada ingatan-ingatan yang lalu, saat kita sedang dan terus berjalan. Bagaimanapun juga, kita tetap suka menengok ke belakang. Kita senang membuka waktu-waktu yang telah jadi bukan masa kini. Barangkali kita seperti kamera drone dari atas untuk mengintip kembali masa lalu itu.
Masa lalu itu beragam bentuk. Seperti sekarang, saya akan membuka masa lalu pada tanggal 26 November 2019, sudah hampir setahun lalu. Bertempatkan di kampus sendiri. Dan lebih tepatnya adalah masa dimana konser proyek solo musisi favorit: Sisir Tanah.
Waktu itu bukan konser tunggal. Akan tetapi banyak serangkaian acara. Sementara Mas Danto, yang menggawangi Sisir Tanah, juga didampingi musisi Fajar Merah dan adiknya (anak-anak dari penyair Wiji Thukul).
Waktu itu ingat betul: saya gegas ke acara sendirian di sana. Belum banyak pengalaman ke ragam tempat di kampus sendiri cukup membuat bingung kala menghadiri acara ini. Belum juga banyak kawan dari kampus pusat. Meski begitu, dari lantai atas tetap bisa menikmati performa lagu-lagu baik beliau.
Kondisi tidak terlalu ramai saat itu. Kawan-kawan di sekeliling acap kali bengong dan menirukan lagu seakan begitu menikmati lirik-liriknya. Seperti yang kudengar sayup-sayup.
Belum juga sore habis, beliau mengakhiri genjrengannya setelah membawakan beberapa lagu. Acara belum berakhir tapi beliau turun panggung dan beranjak ke tempat di sebelah panitia. Terlihat cukup banyak nian mahasiswa-mahasiswi yang meminta potret bersama.
Saya juga tak tinggal diam. Meski sendirian, keinginan berfoto dengannya cukup kuat. Saya turun ke bawah dan mencari di mana musisi yang ternyata begitu tinggi itu. Dia saya temui, waktu itu bersama Mas Fajar Merah. Nahas, saya belum berani meminta orang buat memfotokan waktu itu. Walhasil, saya membuka tas dan mengambil buku (seadanya) kala itu, dan yak: saya meminta ttd-nya. Selepasnya berjabat tangan & beliau orang yang ramah. Meski baru temu sebentar.
Paling tidak, itu ingatan baik di tahun lalu yang berhasil membuat saya bersyukur bisa jumpa langsung dengan musisinya. Penulis dari lagu-lagu yang sudah semenjak 2018 saya gandrungi — bersama dua orang kawannya: Jason Ranti & Iksan Skuter.
Beberapa tokoh yang memang kerap membuat saya terinpirasi, biasanya kenal masa. Seperti ketika berumur sekian mengidolakan tokoh ini, tokoh itu, dari kalangan ini, dlsb. Beberapa yang saya ingat kebanyakan dari kalangan Ulama, Musisi, Sastrawan, dan Budayawan serta Pengembang IT (sedikit). Kadang tergantung dimana lingkungan berada.
Dan yang terjadi di lingkungan saat ini adalah lingkungan kritis sebagai mahasiswa. Saat-saat berumur subur seperti sekarang, tentu ideologi & prinsip adalah hal yang paling digenggam erat. Saat dimana kita harus memupuk tekad & prinsip agar nilai-nilai itu mampu terserap ke akar dan berguna sampai kita menua. Sampai disesap buahnya nanti.
Tentu saja yang kumaksud memupuk ideologi & prinsip adalah mengambil apa yang ditawarkan oleh tokoh yang menjadi inspirasi itu. Kali ini, tokoh itu adalah musisi yang selalu menuangkan gagasannya dengan lembut dan bijak.
Yang mewartakan optimisme hidup, cinta kasih, kepedulian lingkungan, keberanian, atawa bentuk emosi yang lain. Dimana itu didapat dari karya-karya beliau, yang mana itu cerminan dari batin jujur sang musisi: Mas Bagus Dwi Danto.
Beberapa pesan sampai ke permenungan saya akan hidup. Tentang kebersamaan, kecintaan terhadap lingkungan, cinta pengetahuan, makna cinta, dll…itu terkumpul dan menyatu yang memang menjadi buah; yang menurut beliau itu adalah WOH. Dikenal dalam proyek solo miliknya, Sisir Tanah.
Beberapa hari belakangan mendapat kabar bahwa proyek yang sudah ada sejak tahun 2010 itu, kini (Oktober 2020), sudah berumur sepuluh tahun: dianggapnya telah usai. Penikmat musik beliau, termasuk saya, tentu berharap beliau akan terus ajeg di dunia musik entah berganti ke proyek musik apa pun.
Tapi sebentar… ketimbang memikirkan itu, sepertinya hari ini (28 Oktober 2020) adalah hari milik beliau: usianya bertambah. Sang musisi (kalau tidak salah) telah berumur 42 tahun.
Selamat bertambah usia, Mas Danto, selalu bahagiakanlah kehidupan; perjuangkan hal-hal & semangat baik… seperti dalam lagu-lagu mu itu.