hari ke-4: hening

Rafik NurF
2 min readOct 4, 2020

--

(tulisan ini dibuat untuk tantangan 30DaysWritingChallenge, tahapan DAY 4: places you want to visit)

Harusnya ketika lelaki itu mulai menjejakkan kakinya di tempat ini, ia telah mencoret catatan panjang tentang tempat yang bakal dikunjungi. Sebab sejak semula catatan itu hanya termaktub di kepalanya. Ketika ia tertegun dan jatuh hati pada sebuah tempat, seketika itu pula otak dan doa seakan bekerja bersama. Namun, yang terjadi sekarang ialah justru riuh yang hadir di kepalanya.

Lelaki itu tak peduli jika kawan-kawannya telah lebih dulu sampai pada tempat yang diimpikan, sebagaimana tempat yang diinjaknya sekarang--mungkin dengan ketentuan lain. Akan tetapi, ia lebih merasa bahwa buat apa tempat ini dikunjunginya, tanpa membawa teman yang satu: keheningan.

Hari itu ia ingat betul: hujan & suasana jadi sangsi. Semenjak ia tak berkata apa-apa di tempat itu--sebab kepalanya riuh dan berterbangan kemana-mana, mari kita menerka tempat-tempat lain seperti apa yang tengah dipikirkannya;

  • Gunung-gunung

Lelaki gondrong seperti dirinya memang patut menjadi orang muda kebanyakan yang selalu menggebu di alam liar. Tapi, marilah kita yakin bahwa lelaki ini bukan mereka yang menikmati alam untuk personanya di dunia maya, untuk dipamerkan; bukan mereka yang melupakan sampah-sampah ketika selesai mendaki. Meski hanya baru beberapa gunung yang baru didakinya, semangatnya tetap berkobar hingga kini

.

  • Lahan bercocok tanam

Bercocok tanam mula-mula adalah hal yang sulit buat dirinya. Ia tak pandai-pandai amat merawat. Tanaman salah satunya. Tapi, bisakah kita yakin bahwa mimpinya buat menghabiskan masa tua dengan bercocok tanam itu bisa diwujudkan?

.

  • Kebun teh dan gubuk

Ia yakin ketika baru pertama kali mendaki ia telah jatuh cinta dengan alam di sekitar. Tentang udara yang dingin, perkebunan teh yang luas. Dan setelah itu, ia pula tak luput buat bermimpi memiliki sebuah gubuk yang sederhana. Yang layak buat hidupnya berteduh.

.

  • Pantai untuk satu pulau kecil

Deburan ombak pada pertama kali ia berimajinasi tentang ketenangan di pulau terpencil seperti di film-film--dan mungkin juga di buku--seolah ia ingin hidup dan bersantai sepanjang waktu. Tanpa kebisingan, hanya pantai, hanya ombak kecil yang terdengar. Akankah ia temu tempat seperti itu?

.

  • Museum

Satu dari sekian ruang yang buat dirinya tak berhenti tertegun adalah museum. Sepertinya ia baru pertama kali ke museum pada umurnya yang sudah beranjak. Ia haus akan pengetahuan di jaman lampau; ia mencintai sejarah. Museum hadir seolah menawarkan dahaganya. Mungkin ketika ia telah berkeluarga, ketimbang berjalan-jalan ke mall atau tempat wisata, museum adalah destinasi yang paling dipertimbangkanya.

.

  • Toko buku dengan senyuman perempuan yang riang

Ayolah, lelaki yang jarang berkontak dengan perempuan macam dia apakah mungkin ingin selamanya berkunjung ke toko buku sendirian terus? Tentu saja tidak (sepertinya begitu yang dipikirkannya). Barangkali senyuman perempuan yang riang hadir di toko buku kala berkunjung bersama adalah anugerah. Tempat yang yang bakal jadi terindah semasa remajanya.

Enam tempat di atas itu tentu hanya yang kita terka bersama. Soal terwujudkan atau tidak, barangkali tak perlu pikirkan. Sebab itu telah menjadi catatan panjang yang hanya berbekas di isi kepalanya.

Tapi tapi tapi, bisakah kita ulang dan coba ulang kembali membaca tempat itu? Sebab sepertinya lelaki itu adalah aku.

--

--

Rafik NurF
Rafik NurF

Written by Rafik NurF

sedang menemui dan menemukan kejutan-kejutan dari Tuhan.

No responses yet