Jawaban dari Mimpi

Rafik NurF
3 min readMay 15, 2020

--

Photo by Sebastián León Prado on Unsplash

Aku terbangun ketika suara kokok ayam jauh tedengar ketimbang suara alarm handphoneku semenjak sepuluh menit lalu. Sebenarnya aku ingin kembali lagi ke ranjang empukku untuk menemukan jawaban dari mimpi anehku tadi. Namun kemilau sinar matahari pagi ini telah menembus jendela kamar; mengenai bagian bantal ranjang tidurku dan sepenuhnya wajahku terpapar cahaya yang menyilaukan itu. Lantas mengingatkanku pada kelas online pagi ini.

Kupalingkah wajahku dari cahaya, sementara tanganku mencoba meraih handphone dan mematikan suara yang begitu bising. Kemudian senyap, hening beberapa detik, seperti ada bayang yang terlintas sejenak. Tapi apa? Aku bertanya-tanya dalam hati. Dan ya, aku tadi berbicara tentang jawaban dari mimpi yang aneh. Aku mencoba mengingatnya, tapi aku hanya ingat sebagian dan tentu aku lupa bagian mana aku mendapat jawaban itu.

Ini adalah minggu ketiga setelah pengumuman resmi dari kampus untuk melanjutkan pembelajaran di rumah dan digantikan dengan kuliah online, sebab wabah pandemi yang makin menyebar. Sementara makin tambah berjarak dengan teman-temanku di luar kota, dan aku baru saja putus dengan kekasihku hari ini; suasana menjadi tambah sedih sekarang.

Setelah kelas online itu selesai, tak seperti biasanya, seseorang mengirimkanku pesan WhatsApp, yang tak lain adalah teman kelasku dan seperti memberi isyarat. Meski belakangan ini kelasku begitu sibuk sebab tugas online yang terus menumpuk, ia mengobrol denganku tentang bermacam hal; bercanda atau sekadar memberi semangat di hari itu — seolah dia ingin mendekatiku –tetapi aku meresponnya biasa saja. Paling dia mengirimkan pesan seperti ini ke wanita lain pula. Aih! paling juga demikian, pikirku ketika mulai menganggap Farel seperti yang ingin datang di kehidupanku.

Dua hari telah berjalan begitu saja, tapi Farel sudah begitu dekat denganku. Ia meneleponku setiap malam dan di tiap suaranya yang begitu jernih, pasti selalu datang bersamaan dengan gitanya. Dan semenjak hari itu, ketika dia menyanyikan lagu fiersa besari berjudul Garis Terdepan, ada rasa begitu saja tumbuh padanya.

Sampai suatu hari Farel mengirimkanku sebuah pesan yang teramat dalam, kira-kira begini: “Coba bayangkan lun… seseorang memandangimu dari jauh, yang teramat jauh di sana: melebihi jauhnya keinginanmu tuk hadir atau setidaknya menetap di muka jendela; lantas kau perhatikan orang itu. Kau mencoba tuk memandanginya balik, tapi kau hanya memandang dari menara istanamu –seolah ia tak kau persilakan masuk. Apakah kau hanya berpura-pura kasian dengan seseorang di luar jendela itu atau memang benar ingin mengajaknya masuk?

Aku begitu paham, bahwa Farel ingin menyampaikan perasaan tersiratnya lewat kata-kata. Seakan ia seperti mengalami kepura-puraan atas hubungaku dengannya, seolah ia tak pernah aku anggap hadir — padahal tidak demikian, justru malah sebaliknya. Aku hanya malu tuk mengungkapkan, coba saja dia mendahului untuk berterus terang.

(satu minggu telah terhitung, luna dan farel tak pernah kembali mengirim pesan)

Tapi siang ini, ketika aku bangun dari mimpi yang seolah jawaban pada mimpi pagi hari itu. Kuingat begini: saat itu aku sakit & seseorang datang kepadaku seperti Dokter — mungkin ia membawa penawar untuk sedihku ini. Dan Farel, kau tahu, kau adalah orang yang hadir di mimpi anehku itu. Aku bangun, lantas kuberitahukan mimpi itu padamu.

Purbalingga,11 April 2020.

*cerita mini ini dibuat dalam rangka lomba menulis Binarmedia bulan lalu, dari sekitar 600an peserta, cerita ini menempati posisi 142an.

--

--

Rafik NurF
Rafik NurF

Written by Rafik NurF

sedang menemui dan menemukan kejutan-kejutan dari Tuhan.

No responses yet